Profil Desa Sokaraja Tengah

Ketahui informasi secara rinci Desa Sokaraja Tengah mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Sokaraja Tengah

Tentang Kami

Jelajahi Desa Sokaraja Tengah, pusat administrasi dan komersial Kecamatan Sokaraja, Banyumas. Inilah jantung legenda Getuk Goreng, rumah bagi Pasar Sokaraja, dan pusat pemerintahan yang dinamis dan padat.

  • Pusat Administratif dan Komersial

    Desa ini merupakan pusat pemerintahan (Kantor Camat, Polsek, Koramil) dan ekonomi (Pasar Sokaraja, perbankan) untuk seluruh Kecamatan Sokaraja.

  • Tanah Kelahiran Legenda Getuk Goreng

    Sokaraja Tengah adalah lokasi bersejarah tempat lahirnya Getuk Goreng H. Tohirin dan kini menjadi sentra utama industri kuliner ikonik tersebut.

  • Tantangan Urban Khas

    Sebagai desa terpadat dengan fungsi kota, tantangan utamanya bersifat urban, seperti manajemen lalu lintas, pengelolaan sampah, dan penataan ruang komersial yang padat.

Pasang Disini

Di jantung Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas, terdapat sebuah wilayah yang merupakan pusat segala aktivitas pemerintahan, ekonomi dan sosial di kawasannya, yakni Desa Sokaraja Tengah. Lebih dari sekadar sebuah desa, Sokaraja Tengah ialah ibu kota tidak resmi bagi kecamatannya, tempat di mana denyut nadi kehidupan berdetak paling kencang. Wilayah ini menjadi rumah bagi kantor-kantor pemerintahan penting, pusat perdagangan utama, dan yang paling ikonik, menjadi tanah kelahiran dari kuliner legendaris "Getuk Goreng" yang telah mendunia. Dengan karakter urban yang kental dan kepadatan penduduk yang tinggi, Sokaraja Tengah menampilkan wajah sebuah desa yang bertransformasi menjadi pusat layanan kota kecamatan yang sibuk dan vital.

Secara geografis, peran sentral Desa Sokaraja Tengah tidak terbantahkan. Di dalam batas wilayahnya yang relatif ringkas, berdiri kokoh Kantor Camat Sokaraja, Markas Kepolisian Sektor (Polsek) Sokaraja, hingga Markas Komando Rayon Militer (Koramil). Kehadiran त्रिपिला (Tripika) atau tiga pilar pimpinan kecamatan ini menegaskan statusnya sebagai pusat komando dan administrasi. Berdasarkan data dari publikasi "Kecamatan Sokaraja Dalam Angka 2023" oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Desa Sokaraja Tengah memiliki luas wilayah hanya sekitar 0,85 km². Meskipun menjadi salah satu desa dengan wilayah terkecil, ia menampung populasi lebih dari 5.500 jiwa. Kalkulasi ini menghasilkan angka kepadatan penduduk yang sangat tinggi, yaitu mencapai lebih dari 6.400 jiwa per km². Kepadatan ini mencerminkan fungsinya sebagai magnet yang menarik penduduk dan aktivitas dari desa-desa di sekitarnya.

Legenda Getuk Goreng: Warisan Kuliner yang Mendunia

Tidak ada narasi tentang Sokaraja yang lengkap tanpa menyebut Getuk Goreng, dan pusat dari legenda ini berada di Sokaraja Tengah. Kuliner ikonik ini bukan sekadar makanan, melainkan sebuah warisan budaya, penanda identitas, dan pilar ekonomi yang menghidupi banyak keluarga. Sejarah mencatat, Getuk Goreng ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 1918 oleh Bapak H. Tohirin, seorang pedagang nasi dan getuk keliling. Getuk basah yang tidak laku pada hari itu ia coba goreng agar tidak basi, dan tanpa disangka, hasilnya menciptakan cita rasa baru yang legit, manis, dan gurih yang disukai banyak orang.

Dari penemuan yang sederhana itu, lahir sebuah industri kuliner yang kini menjadi ikon Banyumas. Toko "Getuk Goreng Asli H. Tohirin" pertama dan pusat produksinya yang legendaris berdiri di Desa Sokaraja Tengah, dan hingga kini terus menjadi rujukan utama bagi para pecinta kuliner. Deretan toko-toko getuk goreng lainnya yang juga ramai dikunjungi berjejer di sepanjang jalan utama desa, menciptakan sebuah distrik kuliner yang khas.

"Getuk Goreng bukan hanya soal resep, tapi soal menjaga tradisi dan kualitas yang diwariskan leluhur," ujar salah seorang penerus usaha getuk goreng di desa tersebut. "Setiap hari kami memastikan bahan baku singkong terbaik dan proses yang higienis untuk memberikan cita rasa otentik kepada pelanggan yang datang dari berbagai kota."

Keberadaan industri Getuk Goreng memberikan efek domino yang luar biasa bagi perekonomian desa. Ia menyerap tenaga kerja lokal dalam jumlah besar, mulai dari bagian produksi, pengemasan, hingga penjualan. Selain itu, ia juga memicu pertumbuhan usaha pendukung lainnya dan menjadikan Sokaraja Tengah sebagai destinasi wisata kuliner wajib bagi siapa pun yang melintasi Banyumas.

Motor Penggerak Ekonomi: Pasar, Perdagangan, dan Jasa

Selain ditopang oleh industri Getuk Goreng, mesin ekonomi Desa Sokaraja Tengah digerakkan oleh sektor perdagangan dan jasa yang sangat dinamis. Jantung dari aktivitas ini ialah Pasar Sokaraja, sebuah pasar tradisional yang menjadi pusat perbelanjaan utama bagi masyarakat di seluruh kecamatan. Di dalam dan di sekitar pasar, ribuan transaksi terjadi setiap hari, melibatkan pedagang sayur-mayur, daging, sembako, pakaian, hingga peralatan rumah tangga. Pasar ini menjadi titik temu antara produsen dari desa-desa sekitar dengan konsumen, menciptakan perputaran ekonomi yang vital.

Di luar pasar, wajah ekonomi Sokaraja Tengah didominasi oleh deretan ruko dan toko yang menawarkan beragam barang dan jasa. Mulai dari toko emas, elektronik, pakaian, hingga cabang-cabang bank nasional dan lembaga keuangan lainnya, semua ada di sini. Karakteristik ekonomi desa ini sepenuhnya bersifat urban, dengan lahan pertanian yang hampir tidak ada. Tenaga kerja terserap di sektor formal seperti pegawai toko dan kantor, serta sektor informal seperti pedagang kaki lima dan penyedia jasa lainnya. Keberadaan Alun-alun Sokaraja juga kerap menjadi pusat kegiatan dan acara yang turut menggerakkan ekonomi lokal.

Pemerintahan di Jantung Kota Kecamatan

Memimpin sebuah desa yang berfungsi sebagai pusat kota kecamatan menghadirkan tantangan yang berbeda. Di bawah kepemimpinan Kepala Desa Suparjo, Pemerintah Desa Sokaraja Tengah dihadapkan pada isu-isu layaknya pemerintahan kota kecil. Prioritas utamanya bukan lagi soal irigasi pertanian, melainkan manajemen perkotaan yang kompleks.

Salah satu tantangan utama ialah pengelolaan lalu lintas, terutama di sekitar area pasar dan di sepanjang jalan utama. Bekerja sama dengan Polsek dan Dinas Perhubungan, pemerintah desa turut andil dalam upaya menata parkir dan menjaga kelancaran arus kendaraan. Masalah lain yang tak kalah pelik ialah pengelolaan sampah. Dengan volume aktivitas perdagangan dan kepadatan penduduk yang tinggi, produksi sampah menjadi sangat besar. Program pengelolaan sampah yang efisien, mulai dari penjemputan hingga upaya daur ulang, menjadi agenda krusial yang terus diupayakan.

"Tugas kami ialah memastikan semua fasilitas publik berfungsi dengan baik dan lingkungan tetap bersih serta tertib," ungkap seorang perwakilan pemerintah desa. "Ini penting untuk menjaga kenyamanan warga kami sendiri dan juga citra Sokaraja sebagai pusat kecamatan yang teratur."

Pemerintah desa juga berperan aktif dalam menata pedagang kaki lima (PKL) dan memastikan ketertiban umum di area publik seperti Alun-alun. Setiap kebijakan yang diambil harus mempertimbangkan dampaknya terhadap ribuan orang yang beraktivitas di wilayahnya setiap hari.

BUMDes "Saka Mandiri": Menuju Pengelolaan Aset Profesional

Menyadari besarnya potensi aset yang dimiliki, Desa Sokaraja Tengah telah membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) "Saka Mandiri". Berbeda dengan BUMDes di desa agraris, peran BUMDes di sini sangat spesifik, yakni untuk mengelola aset-aset komersial desa secara profesional. Potensi ini sangat besar dan beragam.

BUMDes "Saka Mandiri" dapat mengambil peran dalam pengelolaan lahan parkir di area-area komersial, menyewakan kios atau ruko milik desa, hingga mengelola fasilitas umum di Pasar Sokaraja. Dengan pengelolaan yang profesional, unit-unit usaha ini dapat menjadi sumber Pendapatan Asli Desa (PADes) yang signifikan, mengurangi ketergantungan pada dana transfer pemerintah.

Lebih jauh, BUMDes dapat menjadi motor penggerak untuk program penataan dan revitalisasi kawasan. Misalnya, dengan menginisiasi zona kuliner yang lebih tertata atau mengelola ruang-ruang promosi bagi produk UMKM lokal lainnya selain Getuk Goreng. Kehadiran BUMDes yang sehat dan inovatif akan menjadi kunci untuk mentransformasi potensi ekonomi yang ada menjadi kesejahteraan yang nyata bagi masyarakat desa.

Tantangan Urban dan Visi Masa Depan

Masa depan Desa Sokaraja Tengah terbentang dengan segala tantangan khas perkotaan. Keterbatasan lahan menjadi isu permanen, sehingga pembangunan vertikal atau revitalisasi bangunan lama menjadi pilihan yang lebih realistis dibandingkan ekspansi horizontal. Kemacetan lalu lintas, terutama pada jam-jam sibuk dan hari pasaran, akan terus menjadi pekerjaan rumah yang membutuhkan solusi rekayasa lalu lintas yang inovatif.

Selain itu, menjaga identitas lokal di tengah arus modernisasi juga menjadi sebuah tantangan. Upaya pelestarian bangunan atau kawasan yang memiliki nilai sejarah, serta terus memperkuat branding "Getuk Goreng" sebagai warisan budaya tak benda, perlu terus dilakukan agar Sokaraja Tengah tidak kehilangan jiwanya.

Visi masa depan desa ini terletak pada kemampuannya untuk menjadi pusat layanan kota kecamatan yang modern, tertib, namun tetap berkarakter. Ini bisa diwujudkan melalui perencanaan tata ruang yang matang, digitalisasi layanan publik dan UMKM, serta penguatan Alun-alun sebagai ruang publik yang inklusif dan kreatif. Dengan mengoptimalkan perannya sebagai jantung pemerintahan dan legenda kuliner, Sokaraja Tengah akan terus menjadi magnet dan motor penggerak utama bagi kemajuan seluruh wilayah Kecamatan Sokaraja.